Selasa, 03 Mei 2011

Abu Dzar. Al-Ghifari ra. {Berhubungan dengan Al-Qur'an}


Abu Dzar Al-Ghifari ra. Bercerita bahwa dia bertanya kepada Rasulullah saw., “Berapa banyakkah kitab yang telah diturunkan Allah Swt.?” Jawab beliau saw., “100 Mushaf dan empat kitab suci. Lima puluh mushaf diturunkan kepada Nabi Syits as., tiga puluh mushaf kepada Nabi Idris as., sepuluh mushaf kepada Nabi Ibrahim as., sepuluh mushaf kepada Nabi Musa as. Sebelum diturunkan kepadanya Taurat. Selain dari Mushaf-mushaf tersebut, empat buah kitab suci diturunkan, yaitu Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an.” Lalu saya bertanya lagi, “Apa isi kandungan mushaf-mushaf yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim as.?” Jawab beliau, “Isinya mengandung peribahasa, misalnya, “Wahai kau raja yang kuat dan angkuh. Aku tidak melantikmu untuk mengumpulkan kekayaan, tetapi aku melantikmu untuk mencegah sampainya doa seseorang yang dizhalimi sebelum kamu memperbaikinya, karena Aku tidak menolak doa orang yang dizhalimi walaupun doa seorang musyrik.”
Abu Dzar ra. Bertanya lagi, “Ya Rasulullah, apakah kandungan mushaf yang diturunkan kepada Musa as.?” Jawab Beliau saw., “Semua berisi pelajaran, misalnya: Aku sangat heran kepada orang yang mencari kesenangan dari sesuatu yang lain, padahal ia meyakini adanya maut. Aku heran kepada orang yang meyakini kematiannya, tetapi ia masih tertawa. Aku heran kepada orang yang memperhatikan berbagai peristiwa, tetapi ia masih berduka cita dan bersedih hati. Aku heran kepada orang yang meyakini hisab itu dekat, tetapi ia tidak beramal shalih.”
Abu Dzar ra. Bertanya lagi, “Ya Rasulullah, berilah saya wasiat.” Nabi saw. Pertama-tama mewasiatkan takwa kepada saya. Lalu beliau bersabda, “Takwa adalah harapan dan akar segala masalah.” Saya berkata, “Ya Rasulullah tambahlah lagi.” Sabda beliau saw., “Perbanyaklah membaca Al Qur’an dan mengingat Allah, karena itu adalah Nur bagi kita di dunia dan simpanan kita di langit.” Saya berkata, “Tambahkan lagi.” Sabda beliau, “Jangan banyak tertawa, karena akan mematikan hati dan menghilangkan keindahan wajah (merugikan ruhani dan jasmani).” Beliau saw. Bersabda lagi, “Pentingkanlah jihad karena ia adalah rahbaniah bagi umatku.” (Pada zaman dulu, rahib adalah orang-orang yang memutuskan semua hubungan dengan dunia, dan diri mereka hanya pasrah kepada Allah Swt.). Ketika saya meminta tambahan lagi, beliau bersabda, “Perbanyaklah bergaul dengan orang-orang miskin, jadikanlah mereka teman, selalulah duduk dengan mereka.” Saya minta tambah lagi, lalu beliau bersabda, “Lihatlah selalu orang-orang di bawahmu, itu akan membantumu bersyukur. Dan jangan melihat yang di atasmu, karena akan membuatmu meremehkan nikmat Allah.” Saya minta tambah lagi, sabda Beliau, “Jadikanlah keburukanmu menahanmu dari mencaci orang lain, dan jangan berusaha mencari aib orang lain, sedangkan kamu sendiri melakukannya. Cukuplah menghisab aibmu sendiri, dan jika kamu menjumpai aib itu pada orang lain padahal kamu juga berbuat aib, tetapi kau tidak menyadarinya.” Lalu, dengan tangannya yang mulia Nabi saw. Menepuk dada saya dan bersabda, “Abu Dzar, tidak ada kebijaksanaan yang lebih baik daripada berhati-hati, dan tidak ada ketakwaan yang lebih baik daripada sopan santun.”(Keutamaan Amal).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar