Senin, 02 Mei 2011

AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR


1.             Dari Abu Sa’id Al Khudri ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa melihat kemungkaran dilakukan di hadapannya, maka rubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lidahnya. Jika tidak mampu, maka bencilah dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa’i). *

2.             Allah berfirman dalam Hadits Qudsi, Allah telah memberikan wahyu kepada Isa anak Maryam, “Hai Isa, nasihatilah dirimu dengan hikmah-Ku. Jika engkau telah mengambil manfa’atnya, nasihatilah orang banyak, dan jika tidak, hendaklah merasa malu kepada-Ku.” (HQR. Dailami).*

3.             Nabi saw. bersabda kepada Abu Musa al-Sy’ari dan Muadz bin jabal ra. ketika beliau mengutus keduanya ke Yaman, “Berikan kemudahan dan jangan menyulitkan, berikan kabar gembira dan jangan membuat (mereka) lari, bahu membahulah dan jangan berselisih.” (HR. Bukhari, Muslim). *

4.             Ibnu Abas ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. tatkala mengutus Mu’adz ke Yaman, bersabda beliau kepadanya, “Sungguh, kamu akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka hendaklah pertamakali dakwah yang kamu sampaikan kepada mereka ialah Syahadat ‘Laailahaillallah’. Dalam riwayat lain disebutkan, “Supaya mereka mentauhidkan Allah.” Jika mereka telah mematuhi apa yang mereka dakwakan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mematuhi apa yang telah kamu sampaikan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang di ambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan itu, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka dan jagalah dirimu dari doa orang mazhlum (teraniaya), karena sesungguhnya tiada suatu tabir penghalang pun antara doanya dan Allah.” (HR. Bukhari, Muslim).*

5.             Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa mengajak orang lain pada sebuah hidayah, maka ia akan mendapat pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang-orang yang mengikutinya. Barangsiapa mengajak orang lain pada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang tersebut.” (HR. Muslim).*

6.             Muadz ra. berkata, Nabi saw. bersabda, “Apabila Allah memberi hidayah pada seseorang disebabkan karena ajaranmu, maka lebih baik bagimu dari pada mendapat dunia beserta isinya.” (HR. Ahmad).

7.             Dari Abu Musa ra. beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan yang Allah utus melaluiku berupa petunjuk dan Ilmu adalah bagaikan hujan yang menimpa bumi yang rusak. Diantaranya terdapat tanah yang subur, mampu menyerap air dan menumbuhkan rumput kering dan rumput basah yang banyak. Ada tanah tandus yang hanya menahan air. Lalu Allah memberikan manfaat dari air itu kepada manusia sebagai air minumnya. Mereka memanfaatkannya untuk minum ternak dan bercocok tanam. Pada kesempatan lain, hujan itu menerpa bagian bumi lainnya, yang merupakan tanah mati, tidak menampung air dan tidak menumbuhkan rrerumputan. Demikianlah perumpamaan orang-orang yang paham tentang agama Allah (ia tahu dan mengajarkannya) dan perumpamaan orang-orang yang tidak menghiraukannya dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya.” (HR. Bukhari, Muslim). *

8.             Dari Zaid bin Tsabit ra. dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Semoga Allah menerangi orang yang telah mendengarkan sebuah hadits dari kami, kemudian ia sampaikan kepada yang lain, karena banyak sekali orang-orang yang menyampaikan pemahaman sesuatu kepada orang yang lebih memahaminya. Dan banyak sekali orang yang membawa suatu ilmu, yang ia sendiri tidak memahaminya. Tiga perkara yang tidak akan mengecewakan hati seorang muslim yaitu, Ikhlash dalam beramal, menasihati para pemimpin, dan komitmen terhadap jamaah, karena doa mereka akan senantiasa bersama mereka. Barangsiapa menjadikan niatnya semata-mata tertuju untuk meraih dunia, niscaya Allah akan mencerai beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di depan matanya, dan ia hanya meraih apa yang telah ditetapkan baginya. Namun barangsiapa menjadikan akhiratnya sebagai tujuan utamanya, niscaya Allah akan menyatukan urusannya. Menjadikan hatinya kaya dan duniapun akan mendatanginya secara spontanitas.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban).*

9.             Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kalian ialah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Raja ialah pemimpin rakyatnya, akan ditanya tetang orang-orang yang dipimpinnya. Laki-laki ialah pemimpin ahli rumahnya. Ia akan ditanya tentang keluarga yang dipimpinnya. Istri ialah pemimpin di rumah suami dan anak-anaknya. Ia akan ditanya tentang rumah tangganya. Dan hamba sahaya ialah pemimpin atas harta majkannya. Ia akan ditanya tentang tanggung jawabnya. Singkatnya, kalian ialah pemimpin, dan setiap pemimpin akan ditanya atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari, Muslim). *

10.         Berkata Abu Wail ra. katanya, “Abdullah (bin Umar) mengajar suatu jamaah tiap-tiap hari Kamis. Seorang laki-laki berkata, “Hai, Abu Abdurrahman! Saya mengharap supaya anda dapat mengajar kami setiap hari.” Jawab Abdullah, “Saya kuatir, kalau-kalau anda semua jadi bosan. Saya memilih waktu yang baik, sebagaimana juga Nabi memilihkan waktu yang baik untuk kami belajar, menjaga supaya kami tidak bosan.” (HR. Bukhari).*

11.         Dari Abu Sa’id Al Khudri ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, lalu ia merubahnya dengan tangannya, maka ia telah berbebas. Jika ia tidak sanggup merubah dengan tangannya, lalu ia merubahnya dengan lisannya, maka ia telah terbebas. Jika ia tidak mampu dengan lisannya, lalu ia membencinya dalam hati, maka ia terbebas, dan demikian itulah yang selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim, An Nasa’i).*

12.         Ibnu Mas’ud ra. berkata, Nabi saw. bersabda, “Tiap orang yang diberi oleh Allah ilmu agama, lalu disembunyikannya, maka Allah mengendalikan mulutnya pada hari Kiamat dengan kendali dari Api Neraka.” (HR. Thabrani).

13.         Dari Abi Said ia berkata Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kamu menghina dirinya,” para sahabat berkata. “Wahai Rasulullah, bagaimana salah seorang diantara kami menghina dirinya?” Beliau berkata “Orang itu melihat sesuatu karena Allah, di dalamnya (ada perkataan) yang perlu di luruskan kemudian orang itu tidak berkata sesuatu tentangnya, maka Allah pada hari kiamat akan berkata “Apa yang menghalangi kamu untuk mengatakan dalam (masalah) ini, ini dan itu?,” lalu orang itu berkata “Aku takut orang-orang,” lalu Allah berkata “Hanya Akulah yang berhak kamu takuti.” (HR. Ibnu Majah). Ibnu katsir menyebutkan ketika menfsirkan firman Allah ta’ala Qs Al Maidah (5) : 78.

14.         Dari Hudzaifah ra. dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Fitnah akan menghinggapi hati seseorang sedikit demi sedikit bagaikan (gulungan) tikar. Jadi tatkala hati seseorang telah dihinggapi olehnya, maka ternodalah ia dengan sebuah titik hitam. Namun jika hati seseorang mengingkarinya, maka terbetiklah padanya sebuah titik putih, hingga menjadilah hati putih itu seperti batu yang sangat licin, yang tidak akan dihinggapi oleh fitnah selama langit dan bumi masih tegak. Adapun yang lain, maka ia sangat hitam dan bagaikan sebuah cangkir yang terbalik, tidak lagi mengenal yang baik dan tidak pula mengingkari sesuatu yang mungkar kecuali apa-apa yang dikehendaki oleh hawa nafsunya belaka.” (HR. Muslim).*

15.         Dari Ibnu Mas’ud ra. Rasulullah saw. bersabda, “Tiada seorang Nabi pun yang diutus sebelumku, malainkan ia mempunyai pengikut dan para sahabat pilihan dari umatnya yang setia kepada sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Yakni mereka menjaga syariat ilahi sebagaimana keadaan dan bentuk yang diajarkan oleh Nabi mereka, dan tidak membiarkan ada perbedaan sedikitpun. Kemudian datanglah setelah mereka masa yang penuh fitnah dan kerusakan, sehingga muncullah satu generasi berikutnya yang membicarakan apa yang tidak mereka amalkan, beramal tetapi bukan yang diperintahkan. Barangsiapa bersungguh-sungguh (mencegah mereka) dengan tangannya, maka dia seorang mukmin, barangsiapa bersungguh-sungguh (mencegah mereka) dengan lidahnya, maka dia seorang mukmin, dan barangsiapa bersungguh-sungguh (mencegah) mereka dengan hatinya, maka dia juga seorang mukmin. Sedangkan setelah itu tidak ada lagi derajat iman walau hanya sebesar biji sawi.” (HR. Muslim).*

16.         Dari An-Nu’man bin Basyir ra. dari Nabi saw. beliau bersabda, “Perumpamaan seseorang yang mencegah kemungkaran dan orang yang melakukannya seperti suatu kaum yang mengadakan undian untuk menentukan tempatnya di sebuah kapal, maka sebagian mereka menempati bagian atas-Nya dan sebagian lagi menempati bagian bawahnya. Jika orang-orang yang berada di bagian bawahnya mengambil air, maka mereka melewati orang-orang yang berada di bagian atas, hingga pada akhirnya mereka berkata, “Jika sekiranya kita membuat sebuah lubang di tempat kita, niscaya kita tidak perlu mengganggu orang-orang yang berada di atas kita.” Maka jika orang-orang yang berada di atas membiarkan mereka, maka mereka semua akan celaka. Namun jika mereka mencegahnya, maka selamatlah mereka seluruhnya.” (HR. Bukhari).*

17.         Dari Abu Sa’id Al Khudri ra. dari Nabi saw. beliau bersabda, “Semulia-mulia jihad adalah berkata benar di hadapan penguasa atau pemimpin yang zhalim.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi).*

18.         Dari Jabir ra. dari Nabi saw. beliau bersabda, “Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muththalib dan orang yang berdiri di hadapan penguasa zhalim, ia menyuruhnya berbuat baik dan mencegah kemungkaran, lalu ia terbunuh.” (HR. Al Hakim).*

19.         Rasulullah saw. bersabda, “Akan di hadapkan pada hari Kiamat kelak seorang, lalu di lemparkan ke dalam Neraka, maka keluarlah ususnya, lalu ia berputar-putar dalam Neraka itu bagaikan himar yang berputar di penggilingan, lalu berkumpul orang-orang ahli Neraka dan bertanya padanya, “Ya fulan, mengapa kamu menderita sedemikian, tidakkah anda yang menganjurkan kebaiakan dan mencegah kami dari yang mungkar?” Jawabnya, “Benar aku telah mencegah kamu dari mungkar, tetapi aku sendiri berbuat mungkar itu, dan menyuruh kamu berbuat baik, tetapi saya sendiri tidak mengerjakannya.” (HR. Bukhari, Muslim).*

20.         Al Hasan berkata, “Tiada seorang berkhutbah (ceramah) suatu khutbah melainkan Allah akan menanyakan tentang tujuan khutbah itu pada hari Kiamat.” (HR. Baihaqi, Ibn Abid Dunia).

21.         Malik bin Dinar, jika membacakan hadits ia menangis sambil berkata, “Kamu kira aku gembira dengan ceramahku ini, padahal saya mengetahui bahwa Allah akan menanya padaku, ‘Apakah tujuanmu dengan keteranganmu itu?’ Lalu aku jawab, ‘Engkau ya Allah saksi terhadap apa yang di dalam hatiku, andaikan aku mengetahui bahwa Engkau lebih suka aku diam niscaya tidak akan saya terangkan.’” (Irsyadul ‘ibad ilasabilirrasyad).

22.         Dari Adiy bin Hatim, Nabi saw. berkata, kepadanya, “Alangkah buruknya khatib seperti kamu. Hendaknya kamu katakan, Barangsiapa bermaksiat kepada Allah Ta’ala dan maksiat kepada Rasul-Nya, maka ia benar-benar sesat.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i).*

23.         Dari Ibnu Mas’ud ra. Rasulullah saw. bersabda, “Penyebab utama kehancuran Bani Israil adalah, jika orang (saleh) diantara mereka bertemu dengan pelaku maksiat, ia berkata, “Takutlah kamu kepada Allah, jangan berbuat begitu, karena hal itu tidak halal bagimu!” Kemudian, esoknya orang saleh itu bertemu kembali dengan orang itu dalam keadaan sama, tetapi ia tidak melarangnya, bahkan orang saleh itu makan, minum, dan duduk bersamanya. Ketika mereka berbuat demikian, Allah Swt. menyatukan hati mereka (hatinya disamakan dengan hati pelaku maksiat tersebut). Kemudian Rasulullah saw. membacakan ayat, yang artinya, “Telah dilaknat orang-orang kafir dari kaum Bani Israil melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam hal itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka tidak saling melarang kemungkaran yang mereka lakukan. Sungguh sangat buruk apa yang mereka lakukan itu. Engkau lihat kebanyakan dari mereka mengangkat orang-orang kafir menjadi pemimpin. Sungguh amat buruk apa yang mereka sediakan bagi diri mereka, yaitu murka Allah ke atas mereka dan mereka kekal dalam adzab. Dan jika mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi, dan apa-apa yang diturunkan padanya, tentu mereka tak akan mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin, tapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” Kemudian Nabi saw. bersabda, “Ingatlah! Demi Allah, kalian harus mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan, cegahlah mereka yang berbuat zhalim dan serulah mereka kepada kebenaran yang hakiki.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud).

24.         Dari Jarir bin Abdullah ra. berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seseorang berada di suatu kaum, ia berbuat maksiat di tengah mereka, sedangkan mereka mampu untuk mencegahnya, namun mereka tidak mencegahnya, melainkan Allah akan menimpakan kepada mereka siksa sebelum mereka mati.” (Yakni mereka akan ditimpa berbagai musibah di dunia). (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al Ashbahani).

25.         Dari ‘Aisyah r.ha. berkata, suatu ketika Rasulullah saw. masuk ke (dalam) rumah ku, dan aku mengetahui dari raut wajahnya bahwa sesuatu telah terjadi padanya. Beliau tidak berbicara kepada seorang pun. Setelah berwudhu, beliau masuk kemasjid. Kurapatkan (telinga) kedinding kamarku agar dapat mendengar apa yang beliau sabdakan. Beliau duduk di atas mimbar. Setelah memuji Allah, beliau berkhutbah, “Wahai manusia, sesunggunya Allah berfirman kepada kalian, “Suruhlah manusia berbuat baik dan cegalah mereka dari kemungkaran, sebelum (datang masa) dimana kalian berdoa, tetapi doamu tidak Ku kabulkan, kalian meminta pada-Ku tetapi Aku tidak memberimu, dan kalian meminta tolong dari-Ku, tetapi Aku tidak menolongmu.” Beliau pun tidak menambah khutbahnya hingga turun (dari mimbar).” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban).

26.         Dari Anas ra. berkata, kami bertanya, “Ya Rasulullah! Kami tidak akan menyuruh orang untuk berbuat baik sebelum kami sendiri mengamalkan semua kebaikan dan kami tidak akan mencegah kemungakaran sebelum kami menginggalkan semua kemungkaran.” Maka Nabi saw. bersabda, “Tidak! Bahkan serulah kepada kebaikan, meskipun kalian belum mengamalkan semuanya dan cegahlah dari kemungkaran, meskipun kalian belum meninggalkan semuanya.” (HR. Thabrani).

27.         Dari Mus’id bin Mush’ab, dari ayahnya ra. pernah ia menyangka bahwa dirinya adalah sahabat Rasulullah yang mempunyai keutamaan lebih dari yang lainnya, maka Rasulullah saw. bersabda, “Hanya saja yang menyebabkan umat ini menang yaitu, Dakwah, Shalat (doa), dan Ikhlas mereka.” (HR. An Nasa’i, Bukhari). *  Namun Bukhari tidak menyebutkan ikhlash.

28.         Dari Al Barra’ bin Azib ra. dia mengatakan bahwa seorang Arab Badui pernah datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah, beritahu aku tentang suatu malam yang dapat memasukkanku ke dalam surga!” Rasulullah saw. bersabda, “Andaikan engkau berkhutbah ringkas, maka engkau telah menjabarkan panjang lebar sebuah masalah. Bebaskanlah jiwa dan budak. Jika engkau tidak mampu melakukannya, maka berilah makan orang yang kelaparan dan berilah minum orang yang kehausan.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban).

29.         Dari Abu Hurairah ra. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya ketika seorang hamba berbicara dengan kalimat yang mengandung ridha Allah tanpa ia peduli pada apa yang dikatakannya. Namun dengan kalimat itu Allah mengangkat derajatnya, dan ketika seorang hamba berbicara dengan ucapan yang mengandung murka Allah tanpa peduli pada apa yang dikatakannya, namun kalimat itu mengantarkannya ke dalam Neraka Jahanam.” (HR. Bukhari).*

30.         Dari Ibnu Masud ra. ia berkata Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim).*

31.         Rasulullah saw. berkata, kepada Ali bin Abu Thalib ra. “Bila Allah menunjuki seorang laki-laki dengan perantaraan engkau, maka hal itu lebih berharga daripada seluruh harta kekayaan.”

32.         Dari Abu Hurairah ra. katanya, Rasulullah saw. berdiri ketika Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Besar menurunkan ayat yang artinya, “Dan berilah peringatan kepada kaum famili engkau terdekat!” lalu beliau bersabda, “Hai kaum Quraisy (atau perkataan yang serupa dengan itu). Tebuslah dirimu! Saya tiada dapat menolongmu barang sedikitpun dari siksa Tuhan. Hai bani Abdi Manaf! Saya tiada bisa menolongmu sedikitpun. Hai Abbas anak Abdul Muthalib! Saya tiada bisa menolongmu sedikitpun dari siksa Tuhan. Hai Safiah bibi Rasulullah! Saya tiada bisa menolongmu sedikitpun dari siksa Tuhan. Hai Fatimah binti Muhammad! Mintalah kepada saya harta dan saya tiada bisa menolongmu sedikitpun dari siksa Tuhan.” (HR. Bukhari).*

33.         Rasulullah saw. bersabda kepada Muadz ra. dan Abu musa Al-Asy’ari. “Gembirakanlah mereka dan jangan kalian buat mereka lari. Mudahkan mereka, dan jangan kalian persulit. Bertolong-tolonglah kalian dan jangan berselisih.”

34.         Umar bin khaththab ra. berkata, “Jangan engkau meletakkan (menuduh) saudaramu diatas kejahatan, selama engkau mendapatkan baginya tempat (jalan) dalam kebaikan.”

35.         Hanya kadang-kadang seseorang menghendaki kebaikan, kemudian berbuat kekeliruan. Oleh karena itu, sahabat yang agung, Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, “Betapa banyak orang yang menghendaki kebaikan tetapi tidak mencapainya.”

36.         Allah Swt. berfirman. “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.” “Sesungguhnya, prasangka itu sedikitpun tidak menghasilkan kebenaran.”

37.         Dan Rasulullah saw. bersabda, “Jauhilah prasangka, sesungguhnya prasangka itu sebohong-bohong perkataan. Jangan memata-matai, jangan mengira-ngira.”

38.         Allah Swt. berfirman, “Maka katakanlah kepadanya kata-kata yang lemah lembut supaya ia ingat atau takut.”

39.         “Panggillah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang paling baik.”

40.         “Dan karena rahmat dari Allah engkau manjadi lemah lembut kepada mereka. Apabila engkau kasar dan keras hati, pasti mereka akan menjauh darimu.”

41.         Firman Allah Swt. “Maka mengapa tidak pergi dari sekelompok satu golongan dari mereka untuk belajar agama dan memberikan peringatan kepada kaum mereka apabila mereka telah kembali, supaya mereka waspada.”

42.         “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan perjalanan di jalan Allah, maka hati-hatilah.”

43.         “Bahkan kami lemparkan kebenaran diatas kebatilan sehingga kebenaran itu menghancurkan kebatilan, maka tiba-tiba kebatilan itu pun hancur.”

44.         “Telah berlaku ketentuan kami untuk hamba-hamba utusan kami, sungguh mereka pasti di tolong dan sesungguhnya tentara-tentara kami pasti menang.”

45.         Dari Sa’ad bin Abi Waqash, ia berkata, telah bersabda, Rasulullah saw., “Tidak akan terjadi kiamat, sebelum muncul suatu golongan yang mencari makan melalui lidah-lidah mereka, seperti sapi yang makan dengan lidah-lidahnya.” (HR. Ahmad).*

46.         Ibnu Umar ra. berkata, Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang kepemimpinanmu. Imam (penguasa) adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Orang laki-laki adalah pemimpin keluarganya, dan bertanggung jawab tentang kepemimpinannya. Isteri adalah pemipin rumah tangga suaminya, dan bertanggung jawab atas pimpinannya. Pelayan (buruh) adalah pemelihara harta majikannya, dan akan ditanya tentang pemeliharaannya. Maka kamu sekalian adalah peimpin, dan masing-masing bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari, Muslim).*

47.         Dari Abdullah ra. bahwa Raulullah saw. bersabda, “Tidak boleh iri hati melainkan dalam dua hal, 1. Seseorang yang diberi Allah harta dan diberi kekuatan untuk mempergunakan harta itu di jalan yang benar. 2. Seorang lagi diberi Allah Hikmat (Pengetahuan yang dalam) dan dengan Hikmat itu dia memutuskan perkara serta diajarkannya.” (HR. Bukhari).*

48.         Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa memberi fatwa tanpa berdasar ilmu (agama), maka mendapat laknat dari malaikat langit dan bumi.” (HR. Ibnu Asakir).

49.         Dari Abu Hurairah ra. ia berkata bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda, “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu kemudain ia menyembunyikannya, kelak pada hari Kiamat Allah akan mengekangnya dengan tali kekang dari api neraka.” (HR. Abu Dawud).

50.         Dari Abu Hurairah ra. ia berkata bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda, “Perumpamaan orang yang mempelajari ilmu kemudian tidak mengajarkannya adalah seperti orang yang menyimpan harta lalu tidak menginfakkannya.” (HR. Thabrani).

51.         Dari Jundub bin ‘Abdillah al-Azdi ra. seorang sahabat Nabi saw. dari Rasulullah saw. beliau bersabda, “Permisalan orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang-orang sedangkan ia melupakan dirinya sendiri adalah seperti lampu yang menyinari orang-orang sedangkan ia membakar dirinya.” (HR. Thabrani).

52.         Dari Anas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda, “Orang yang menunjukkan kepada kebaikan adalah seperti orang yang mengerjakannya. Dan Allah menyukai seseorang yang membantu orang lain yang dalam kesulitan.” (HR. Bazzar).

53.         Dari Ummu Habibah ra. istri Nabi saw. dari Nabi saw. beliau bersabda, “Ucapan anak Adam akan merugikan dirinya, tidak menguntungkannya, kecuali amar ma’ruf atau nahi mungkar, atau berdzikir kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).



Hadits yang penulis beri tanda  *  Serendah-rendahnya berderajat Hadits Hasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar