Senin, 02 Mei 2011

JIHAD


1.             Rasulullah saw. bersabda, “Jika kalian berjual beli dengan inah (praktek akal-akalan untuk mendapatkan riba), memegangi ekor sapi (taklid buta), puas denga pertanian dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan yang tidak akan dicabut-Nya hingga kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Ahmad, Abu Dawud).

2.             Dari Ibnu Abbas ra. katanya Nabi saw. bersabda ketika penaklukkan Mekkah, “Tidak ada lagi hijrah, melainkan jihad dan niat. Apabila kamu diperintahkan berangkat, maka berangkatlah!” (HR. Bukhari).*

3.             Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga golongan orang yang patut di tolong Allah, yaitu orang yang kawin dengan maksud menjaga kesucian dirinya, budak yang hendak melunasi hutang tebusan kemerdekaannya dan pejuang pada jalan Allah.” (HR. Al Laits – Tafsir Ibnu Katsir).

4.             “Barangsiapa yang kakinya berdebu di jalan Allah, maka Allah akan mengharamkan atasnya untuk menyentuh Neraka.” (HR. Bazzar).

5.             Dari Abu Bakar ra. “Bahwa Rasulullah saw. selalu melakukan musyawarah dalam masalah perang.” (HR. Thabrani).

6.             Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Allah menanggung orang yang berjuang di jalan-Nya yang keluarnya hanya karena berjuang di jalan-Nya dan membenarkan kalimah-kalimah Nya dengan memasukkannya ke sorga, atau mengembalikan ke rumahnya yang telah di tinggalkan di sertai dengan pahala atau rampasan perang.” (HR. Bukhari).*

7.             Nabi saw. bersabda, “Siapa yang jihad fisabilillah sedang niatnya untuk mendapat seutas tali, maka hanya itu yang di dapat. Yakni tidak mendapat pahala Jihad fisabilillah, sebab Allah tidak menerima amal kecuali yang ikhlas melulu untuk Nya.” (HR. Ahmad, Nasa’i).

8.             Abu Ma’ad (al-Miqdad) bin al ‘Aswad ra. bertanya kepada Rasulullah saw., “Bagaimana pendapatmu jika aku berhadapan dengan orang kafir, dan kami berperang, kemudian ia memukul tanganku hingga patah. Kemudian ia lari dan berlindung dariku di belakan pohon, lalu berkata, “Saya masuk Islam (berserah diri) kepada Allah.” Maka bolehkah aku mambunuhnya sesudah ia berkata demikian ?” Jawab Nabi, “Jangan engkau bunuh dia.” Saya berkata, “Ya Rasulullah, dia telah memotong tanganku, kemudian ia berkata begitu.” Bersabda Nabi saw., “Jangan engkau bunuh. Jika engkau membunuhnya, maka engkau menempati kedudukannya sebelum ia berkata demikian, dan ia menempati kedudukanmu sebelum engkau membunuhnya.” (HR. Bukhari, Muslim). *

9.             Dari Abu Umamah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda, “Puncak tertinggi dari Islam adalah jihad di jalan Allah.” (HR. Thabrani).*

10.         Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda, “Demi Allah yang diriku dalam tangan-Nya, seseorang yang dilukai dalam membela agama Allah dan Allah mengetahui orang yang luka dalam membela agama-Nya, maka orang itu datang pada hari Kiamat, dengan warnanya warna darah dan baunya bau kasturi.” (HR. Bukhari).*

11.         Dari Abu Said ra. katanya, Saya dengar Nabi saw. bersabda, “”Barangsiapa puasa sehari dalam perjuangan di jalan Allah, dijauhkan mukanya dari Api Neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan.” (HR. Bukhari).*

12.         Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda, “Celakalah budak dinar, budak dirham dan budak pakaian. Jika diberi ia suka dan jika tiada diberi ia marah. Ia celaka dan tersungkur (merugi). Jika ia kena duri tiadalah tercabut. Berbahagialah seseorang yang memegang tali kekang kudanya dalam membela agama Allah. kusut masai rambut-rambut kepalanya dan berdebu telapak kakinya. Jikalau ia dalam pengawalan, ia tetap mengawal. Dan kalau ia dalam barisan, ia tetap dalam barisan. Jikalau ia minta izin, tidak diberi izin. Dan kalau ia minta pertolongan, tidak diberi pertolongan (karena dianggap prajurit rendah saja, padahal besar jasanya).” (HR. Bukhari).*

13.         Dari Ibnu Umar ra. katanya, Seorang perempuan didapati mati terbunuh dalam suatu peperangan di masa Rasulullah saw. lalu beliau melarang membunuh perempuan dan anak-anak.” (HR. Bukhari).*

14.         Dari Jabir bin Abdullah ra. katanya Nabi saw. bersabda, “Peperangan itu tipu daya.” (HR. Bukhari).*

15.         Dari Abdullah ra. Nabi saw. pernah takbir tiga kali, ketika beliau berangkat. Beliau mengucapkan, “Kita akan kembali, jika Tuhan menghendaki. Kita orang-orang yang tobat, menyembah, memuji dan sujud kepada Tuhan. Allah menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya dan mencerai-beraikan pasukan musuh sendirianNya.” (HR. Bukhari).*

16.         Dari Auf bin Malik ra. katanya, Saya datang menghadap Nabi saw. waktu peperangan Tabuk dan beliau dalam kemah dari kulit, lalu beliau bersabda, “Hitunglah enam tanda Kiamat. Wafatku, menaklukkan Baitul Makdis, banyak orang mati sebagai kambing diserang penyakit, banyak harta sehingga seseorang diberi seratus dinar, ia merasa jengkel (merasa sedikit) dan fitnah. Tiada satu rumah orang Arab pun yang tiada dimasukinya perdamaian yang ada antara kamu dan Bani Asfar (bangsa kulit kuning), mereka menipu lalu mereka datang kepadamu di bawah delapan puluh bendera, di bawah tiap-tiap bendera terdapat dua belas ribu tentara.” (HR. Bukhari).*

17.         Dari Abu hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Demi Tuhan yang diriku di tangan-Nya! Aku ingin bahwa aku berperang di jalan Allah lalu aku terbunuh dan dihidupkan kembali. Kemudian itu terbunuh lagi dan dihidupkan kembali. Kemudian itu terbunuh pula dan dihidupkan kembali. Kemidian itu berbunuh dan dihidupkan kembali.” Abu hurairah mengucapkan tiga kali, “Saya bersaksi kepada Allah.” (HR. Bukhari).*

18.         Dari Abu Musa ra. datang seorang laki-laki Nabi saw. menanyakan, “Ada orang yang berperang karena mempertahankan kehormatan, yang berperang karena keberanian dan ada yang berperang karena ingin dilihat orang (cari nama), manakah di antaranya yang termasuk perang di jalan Allah?’ Sabda beliau, “Siapa yang berperang untuk meninggikan kalimat (agama) Allah, itulah yang berperang di jalan Allah.” (HR. Bukhari).*

19.         Dari Jabir bin Abdullah Al Anshary katanya, bersabda Rasulullah saw., “Aku mendapat keistimewaan lima perkara yang tak diberikan kepada Nabi-Nabi lain sebelumku, yaitu. Nabi-Nabi yang lain diutus khusus untuk kaumnya sendiri, sedangkan aku diutus untuk manusia dan jin, dihalalkan bagiku harta rampasan perang, sedangkan bagi orang lain tidak pernah dihalalkan, bumi ini bagiku suci bersih dan boleh dijadikan tempat untuk sembahyang, maka dimanapun seseorang berada, bolehlah ia sembahyang apabila waktunya telah tiba, sebagian besar penganut agamaku percaya hanya dengan Tabligh katena prinsip-prinsipnya sesuai dengan fitrah, dan aku diberi hak mensyafa’atkan.” (HR. Muslim).*

20.         Dari Abu Mas’ud Al Anshari ra. di mengatakan bahwa seseorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. Dengan membawa seekor unta yang telah di beri tanda. Ia berkata, “Ya Rasulullah, unta ini aku infakkan untuk jihad di jalan Allah.” Rasulullah saw. bersabda, “Pada hari Kiamat engkau akan mendapatkan tujuh ratus ekor unta yang seluruhnya telah di beri tanda.” (HR. Muslim).*

21.         Dari Zaid bin Khald Al Juhani ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa menyiapkan perlengkapan orang yang akan berjihad di jalan Alah, maka ia dinilai seperti orang yang berjihad. Dan barangsiapa menanggung keluarga seorang yang berjihad sepeninggalnya, maka iapun dinilai sebagai orang yang berjihad.” (HR. Bukhari, Muslim).*

22.         Dari Sahl bin Sa’ad ra. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Berjaga-jaga sehari dalam pertempuran di jalan Allah lebih baik dari dunia dan seisinya, tempat cambuk salah seorang dari kalian yang terdapat di perisainya juga lebih baik dari dunia dan isinya. Demikian juga perjalanan yang ia tempuh di pagi hari dalam rangka jihad di jalan Allah dan perjalanan yang ia tempuh di sore hari menuju medan perang, lebih baik dari dunia serta seisinya.” (HR. Bukhari, Muslim). *

23.         Dari Abu Hurairah ra. dia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda “Allah menjamin seseorang yang keluar berjihad di jalan-Nya, tiada yang mengeluarkannya kecuali keinginan untuk berjihad di jalan-Ku, perasaan iman dan percaya kepada Rasul-Ku, orang tersebut akan terjamin, bahwa Aku akan memasukkannya ke dalam surga atau akan Aku kembalikan ia ke rumahnya dengan membawa hasil, berupa pahala atau harta rampasan perang.” (HR. Bukhari, Muslim). *

24.         Dari Abu Hurairah ra. dia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah akan masuk neraka seorang laki-laki yang menangis karena takut kepada Allah, hingga susu perahan kembali ke putingnya. Dan tidak akan bercampur debu jihad dijalan Allah dengan asap neraka di dalam hidung seorang muslim untuk selamanya.” (HR. Tirmidzi, An Nasa’i, Al Hakim).*

25.         Dari Abu Hurairah ra. mengatakan bahwa Rasullullah saw. bersabda, “Allah Ta’ala telah menjamin orang yang berjihad dijalan-Nya, tiada yang mengeluarkan ia dari rumahnya kecuali keinginan untuk jihad di jalan Allah dan yakin dengan kalimat-kalimat-Nya, maka Allah akan memasukkan orang tersebut ke dalam surga atau akan Ia kembalikan orang itu ke rumahnya, dengan pahala yang ia raih atau dengan harta rampasan perang yang ia dapatkan.” (HR. Bukhari, Muslim). *

26.         Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Permisalan seorang mujahid dijalan Allah seperti orang yang shalat dan berpuasa. Ia terus melaksanakan shalat dan mengerjakan puasa hingga Allah mengembalikannya kepada keluarganya dengan membawa hasil rampasan perang atau pahala, atau Allah mewafatkannya dan memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Ibnu Hibban).*

27.         Dari Abu Malik Al Asy’ari ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa keluar berjihad dijalan Allah kemudian ia meninggal, atau terbunuh, atau dihempaskan oleh kuda atau untanya, atau disengat oleh binatang berbisa, atau ia meninggal di atas pembaringannya, maka ia adalah syahid, dan baginya surga.” (HR. Abu Dawud).*

28.         Dari Subrah bin Al Fakih ra. dia mengatakan bahwa aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya setan itu akan duduk menghalangi anak cucu Adam untuk memeluk Islam, setan berkata, “Apakah engkau akan memluk Islam dan meninggalkan agamamu serta agama nenek moyangmu?” namun ia membangkang ajakan setan, ia masuk Islam, maka diampunilah ia. Kemudian setan duduk menghalangi anak Adam untuk berhijrah. Setan berkata, “Relakah engkau berhijrah, meninggalkan kampung halaman dan tanah kelahiranmu?” kemudian setan -juga- duduk menghalangi anak Adam untuk berjihad. Setan berkata, “Mengapa engkau berjihad, sedangkan jihad itu akan mengorbankan jiwa dan hartamu, para istrimu akan dinikahi dan hartapun akan diraih oleh orang selain engkau?” Namun ia mendurhakai setan dan tetap berjihad.” Maka Rasulullah saw. bersabda, “Maka barangsiapa mengerjakan seluruh apa yang disebutkan tadi, sungguh menjadi hak Allah-lah untuk memasukkannya ke dalam surga. Demikian juga jika binatang tunggangannya menghempaskannya, maka sungguh menjadi hak Allah untuk memasukkannya ke dalam surga.” (HR. An Nasa’i, Ibnu Hibban).*

29.         Dari Abu Ad-Darda ra. dari Nabi saw. (dengan lafazh yang ringkas), beliau saw. bersabda, “Sebuah pertempuran di laut senilai dengan sepuluh pertempuran yang terjadi di darat. Orang yang terkena mabuk laut (saat berlayar dalam pertempuran) bagaikan orang yang berlumuran darah dalam jihad dijalan Allah.” (HR. Ibnu Majah). Hadits Hasan.

30.         Dari Sahl bin Sa’ad ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Penjagaan sehari yang dilakukan dalam rangka jihad dijalan Allah, lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari, Muslim).*

31.         Dari Salman ra. di berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Penjagaan yang dilakukan sehari semalam pada saat jihad dijalan Allah lebih baik dari puasa sebulan dan shalat-shalat malam yang dilakukan pada bulan tersebut. Apabila ia meninggal -pada saat itu- maka akan mengalir terus pahala dari amalannya itu, demikian pula rezekinya, sehingga amanlah ia dari adzab kubur.” (HR. Muslim).*

32.         Dari Abu Ad-Darda’ ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda, “Penjagaan sebulan pada saat jihad dijalan Allah lebih baik daripada puasa yang dilakukan sepanjang masa.” (HR. Thabrani).*

33.         dari Al Irbadh bin Sariyah ra. dia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Setiap amalan akan putus ganjarannya dari pelakunya kecuali orang yang melakukan penjagaan saat jihad di jalan Allah. Sesungguhnya amalan tersebut akan terus menyuburkan pahala dari amalan orang yang melakukanya, serta akan mengalirkan terus rezekinya hingga hari Kiamat.” (HR. Thabrani).*

34.         Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa meninggal saat sedang berjaga dalam jihad di jalan Allah, niscaya akan dialirkanlah terus rezekinya, dan akan amanlah ia dari fitnah kubur, kemudian Allah akan membangkitkannya pada hari Kiamat dalam keadaan aman dari goncangan menakutkan yang besar.” (HR. Ibnu Majah). Hadits Shahih. Diriwayatkan pula oleh Thabrani, tetapi dengan lafazh yang lebih panjang, diantaranya, “Orang yang berjaga bilamana ia meninggal saat sedang berjaga, akan dicatatlah baginya pahala amalannya itu hingga hari Kiama, dan akan dialirkanlah terus rezekinya, serta akan dinikahkan dengan tujuh puluh bidadari. Kemudian akan dikatakan kepadanya, ‘Berhentilah, dan berilah syafaat.’ Demikianlah, hingga ia selesai dari perhitungan.” (HR. Thabrani).*

35.         Dari Ibnu Abbas ra. dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Dua buah mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka untuk selamanya yaitu, mata yang menangis karena takut kepada Alalh dan mata yang berjaga sepanjang malam di saat jihad di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi).*

36.         Dari Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Maukan kalian aku kabarkan tentang suatu malam yang lebih baik dari malam Lailatul Qadar? Orang yang berjaga-jaga di sebuah tempat yang berbahaya, mungkin ia tidak kembali menemui keluarganya.” (HR. Al Hakim).*

37.         Dari ‘Aisyah r.ha.rha. Dia berkata, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Tidak sedikitpun bercampur perasaan cemas dalam hati seorang muslim ketika sedang berjihad, kecuali Allah akan mengharamkan neraka atasnya.” (HR. Ahmad).*

38.         Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda, “Kuda ada tiga macam, kuda yang akan membawa dosa bagi pemiliknya, kuda yang akan menjadi tameng bagi pemiliknya, dan kuda yang akan menyebabkan pahala bagi pemiliknya. Kuda yang akan menyebabkan dosa bagi pemiliknya adalah kuda yang ditambatkan seseorang dengan maksud riya atau sombong, atau dipersiapkan untuk memerangi kaum muslimin, maka kuda ini akan membawa dosa bagi pemiliknya. Kuda yang akan menjadi tameng bagi pemiliknya adalah kuda yang ditambatkan seseorang untuk digunakan dijalan Allah, kemudian ia tidak melupakan hak Allah yang terdapat pada kuda tersebut, maka kuda yang ini akan menjadi tameng bagi pemiliknya. Sedangkan kuda yang akan menyebabkan pahala bagi pemiliknya adalah kuda yang ditambatkan seseorang di lapangan atau ladang gembalaan yang luas untuk digunakan oleh kaum muslimin dalam jihad dijalan Allah. Jadi tidaklah kuda itu memakan sesuatupun dari lapangan atau ladang itu melainkan akan dicatatlah baginya kebaikan-kebaikan sebanyak kotoran dan kencingnya. Tidaklah kuda tersebut terlepas dari talinya dan ia lari, melainkan akan Allah catat baginya setiap langkah kuda tersebut, sebagai kebaikan buatnya. Dan tidaklah pemiliknya lewat pada sebuah sungai, lantas kudanya minum dari sungai tersebut tanpa perintah dari pemiliknya, melainkan Allah akan mencatat kebaikan baginya dari setiap yang ia minum.” (HR. Bukhari, Muslim).*

39.         Dari seorang laki-laki -dari kaum Anshar- ra. dari Nabi saw. beliau bersabda, “Kuda ada tiga macam, kuda yang dipersiapkan dan dipelihara oleh seseorang untuk dipergunakan di jalan Allah, maka harga, tumpangannya, serta peminjamannya bernilai pahala bagi pemiliknya. Yang kedua adalah kuda yang dijadikan alat untuk bermaksiat, maka harga dan tunggangannya adalah haram. Yang ketiga adalah kuda yang dipersiapkan untuk dimakan maka semoga kuda tersebut dapat menjadi penolak kefakiran Insya Allah.” (HR. Ahmad).*

40.         Dari Urwah bin Abu Ja’ad ra. bahwa Nabi saw. bersabda, “Pada jidat-jidat kuda telah diikat kebaikan, pahala, dan ghanimah hingga hari Kiamat.” (HR. Bukhari, Muslim).*

41.         Dari Uqbah bin Amir ra. dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda tatkala beliau berkhutbah di atas mimbar, beliau bersabda, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi.” (Qs. Al Anfal 8:60) Ketahuilah, bahwa yang dimaksud dengan kekuatan adalah memanah. Ketahuilah, bahwa yang dimaksud dengan kekuatan adalah memanah, dan ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan kekuatan adalah memanah.” (HR. Muslim).*

42.         Dari Ka’ab bin Murrah ra. dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa berhasil mengenai musuh dengan satu anak panah, niscaya Allah akan mengangkatnya satu derajat.” Abdul Rahman bin An-Nahham berkata, “Apakah yang dimaksud dengan derajat itu wahai Rasulullah?” beliau bersabda, “Ketahuilah, derajat itu bukan derajat yang biasa, tetapi jarak antara dua derajat itu adalah sejauh perjalanan seratus tahun.” (HR. An Nasa’i, Ibnu Hibban).*

43.         Dari Amru bin Abasah ra. dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang memiliki rambut putih sedang ia beragama Islam, niscaya baginya cahaya pada hari Kiamat. Barangsiapa membidikkan anak panah saat jihad di jalan Allah, baik mengenai musuh maupun tidak, maka ia bagaikan seorang yang membebaskan budak. Dan barangsiapa membebaskan seorang budak muslim, niscaya ia akan menjadi tamengnya dari api neraka, satu anggota tubuh adalah tameng bagi satu anggota tubuh.” (HR. An-Nasa’i, Ibnu Majah).*

44.         Dari Abu Sa’id Al Khudri ra. dia mengatakan bahwa seseorang pernah datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Siapakah orang yang paling utama?” Rasulullah saw. bersabda, “Seorang mukmin yang berjihad dengan jiwa dan hartanya di jalan Allah Ta’ala.” Orang itu berkata, “Kemudian siapa?” Rasulullah saw. bersabda, “Seorang mukmin yang menetapkan pada salah satu lembah. Ia menyembah Allah dan menjauhkan dari orang-orang dengan segala kejahatannya.” (HR. Bukhari, Muslim, Al Hakim). Tetapi riwayat Al Hakim redaksi adalah: dia ditanya, “Mukmin manakah yang paling sempurna keimanannya?” Beliau saw. bersabda, “Yaitu orang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya.” (HR. Al Hakim).*

45.         Dari Abu Hurairah ra. dia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik amal di sisi Allah adalah, iman yang tidak diiringi dengan keraguan, perang tanpa disertai tindakan melampaui batas, dan haji yang mabrur.” (HR. Ibnu Hibban).*

46.         Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat seratus tingkatan yang telah disiapkan Allah untuk para mujahidin di jalan Allah. Jarak antara dua tingkatan sama seperti jarak antara langit dan bumi.” (HR. Bukhari).*

47.         Dari Abu Sa’id ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad saw. sebagai Rasul-Nya, maka wajiblah baginya surga.” Mendengar itu, Abu Sa’id heran dan berkata, “Ulangilah wahai Rasulullah!” Maka Rasulullah saw. mengulanginya, kemudian bersabda, “Dan satu lagi amalan, dengannya Allah akan mengangkat seorang hamba seratus derajat di dalam surga. Jarak antara tiap dua derajat sama dengan jarak antara langit dan bumi.” Abu Sa’id berkata, “Apakah amalan itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Jihad di jalan Allah.” (HR. Muslim).*

48.         Dari Ubadah bin Ash-Shamit ra. dia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Berjihadlah di jalan Allah, karena sesungguhnya jihad di jalan Allah adalah salah satu pintu-pintu surga. Dengannya Allah Ta’ala akan menyelamatkan seseorang dari takut dan cemas.” (HR. Ahmad).*

49.         Dari Abdullah bin Amru ra. dia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Berhaji bagi orang yang belum melaksanakannya lebih baik dari sepuluh pertempuran. Dan satu pertempuran di jalan Allah bagi orang yang telah berhaji lebih baik dari sepuluh kali orang yang haji.” (HR. Thabrani).*

50.         Dari Abu Hurairah ra. dia mengatakan bahwa ada yang bertanya “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang dapat mengimbangi jihad di jalan Allah?” Rasulullah saw. bersabda, “Kalian tidak akan dapat mengimbanginya.” Kemudian para sahabat mengulangi pertanyaannya dua atau tiga kali. Setiap mereka bertanya, maka Rasulullah saw. bersabda, “Kalian tidak akan mampu mengimbanginya.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan seorang mujahid di jalan Allah seperti orang yang puasa dan shalat dengan melantunkan ayat-ayat Allah, ia tidak berhenti dari shalat dan puasanya hingga sang mujahid itu pulang dari medan perang.” (HR. Bukhari, Muslim).* -Lafazh Muslim.- Pada redaksi Imam Bukhari: Seorang laki-laki pernah berkata, “Ya Rasulullah, tunjukan padaku suatu amal yang menyamai jihad?” Rasulullah saw. bersabda, “Aku tidak menemukannya.” Kemudian beliau saw. bersabda, “Apakah engkau sanggup jika sang mujahid telah keluar ke medan perang, engkau masuk ke dalam masjid lantas shalat dan puasa terus menerus?” Laki-laki itu berkata, “Siapakah yang mampu melakukannya?” (HR. Bukhari).*

51.         Dari Mu’adz bin Jabal ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda, “Barangsiapa berjihad di jalan Allah, maka Allah akan menjaminnya. Barangsiapa menjenguk orang sakit, maka ia berada dalam jaminan Allah. Barangsiapa berangkat menuju masjid pad pagi atau sore hari, maka ia berada dalam jaminan Allah. Barangsiapa menolong dan mengagungkan imam (pemimpin), maka ia berada dalam jaminan Allah, dan barangsiapa duduk di rumahnya dan tidak membicarakan aib orang lain (ghibah), maka ia berada di dalam jaminan Allah.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban).*

52.         Dari Imran bin Hushain ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “ (Tempat) berdirinya seseorang didalam barisan ketika jihad di jalan Allah lebih mulia di sisi Allah daripada ibadah yang dilakukan oleh seseorang selama enam puluh tahun.” (HR. Al Hakim).*

53.         Dari Abu Hurairah ra. dia mengatakan bahwa seorang laki-laki –sahabat Rasulullah saw. pernah lewat pada sebuah lembah yang terdapat mata air tawar yang mengagumkan. Maka ia berkata, “Andaikan aku menyendiri dari manusia dan tinggal di lembah ini. Tetapi aku tidak akan melakukannya hingga aku meminta izin kepada Rasulullah saw.” kemudian ia menyatakan keinginannya itu kepada Rasulullah saw. maka Rasulullah saw. bersabda, “Jangan engkau lakukan! Sesungguhnya tempat salah seorang dari kalian dalam barisan jihad di jalan Allah lebih baik baginya daripada shalat yang ia lakukan di rumahnya selama tujuh puluh tahun. Apakah kalian tidak senang, tatkala Allah mengampuni kalian dan memasukkan kalian ke surga? Bertempurlah di jalan Allah! Barangsiapa bertempur di jalan Allah di antara unta-unta (sesat), maka wajiblah baginya surga.” (HR. Tirmidzi).*

54.         Dari Mujahid, dari Abu Hurairah ra. dia pernah berada di daerah perbatasan (bersiap siaga), kemudian mereka dikejutkan oleh sesuatu hingga mereka bergegas menuju daerah pantai. Kemudian dikatakan, “Tidak ada apa-apa.” Mendengar itu, para sahabat kembali, tetapi Abu Hurairah tetap berdiri di tempatnya. Maka seseorang berkata, “Apa yang menyebabkanmu berdiri di tempat itu wahai Abu Hurairah?” Dia (Abu Hurairah) berkata, “Abu mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Berdiri sesaat di dalam perang di jalan Allah lebih baik daripada berdiri melaksanakan shalat pada malam Lailatul Qadr di sisi Hajar Aswad.” (HR. Ibnu Hibban).*

55.         Dari Sahl bin Sa’ad ra. dia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Dua saat (waktu) yang akan terbuka pada keduanya pintu-pintu langit, dan sedikit sekali doa seseorang tertolak di kedua waktu itu, yaitu, tatkala dikumandangkan adzan dan tatkala seseorang berada dalam barisan jihad di jalan Allah.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban).*

56.         Dari Abu Umamah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda, “Tidak ada sesuatupun yang lebih dicintai Allah dari dua tetesan dan dua buah tanda, yaitu tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang dialirkan saat jihad di jalan Allah. Dua buah tanda yang dimaksud adalah, tanda (bekas) jihad di jalan Allah dan tanda melaksanakan suatu kewajiban diantara kewajiban-kewajiban Allah.” (HR. Tirmidzi).*

57.         Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Dua hal yang tidak akan berkumpul pada hari Kiamat, di mana salah satunya akan memberi mudharat kepada yang lainnya, yaitu seorang muslim yang membunuh orang kafir, kemudian ia (orang muslim tersebut) senantiasa komitmen dengan agamanya. Demikian pula tidak akan berkumpul dalam perut (tubuh) seorang hamba yang berdebu saat perang di jalan Allah dengan asap api Jahanam. Dan tidak pula akan berkumpul dalam hati seorang hamba antara iman dan kebakhilan.” (HR. Al Hakim).*

58.         Dari Anas ra. bahwa Nabi saw. bersabda, “Tidak seorangpun yang masuk ke dalam surga ingin kembali ke dunia padahal di dalamnya ia telah memiliki segala kenikmatan dunia kecuali orang yang syahid. Sesungguhnya ia mendambakan, jika saja dapat kembali ke dunia dan terbunuh hingga sepuluh kali, karena apa yang ia saksikan dari kemuliaan -yang diberikan Allah kepada orang yang mati syahid-.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Karena apa yang ia saksikan dari keutamaan orang yang mati syahid.” (HR. Bukhari, Muslim).*

59.         Dari Abu Qatadah ra. bahwa Rasulullah saw. pernah berdiri di tengah para sahabat dengan mengatakan sesungguhnya jihad di jalan Allah dan iman kepada Allah adalah sebaik-baik amalan. Maka berdirilah seorang laki-laki dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah jika aku terbunuh ketika jihad di jalan Allah, maka dosa-dosa aku akan terhapus?” Rasulullah saw. bersabda, “Ya, jika engkau terbunuh dalam perang di jalan Allah, sedangkan engkau sabar, mengharap pahala, maju, dan tidak melarikan diri.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, lagi, “Apa yang engkau katakan?” Ia berkata, “Apakah jika aku terbunuh dalam jihad di jalan Allah maka kesalahan-kesalahanku akan terhapus?” Rasulullah saw. bersabda, “Ya, jika engkau terbunuh ketika perang di jalan Allah, sedangkan engkau sabar, mengharap pahala, maju dan tidak melarikan diri, kecuali utang, karena sesungguhnya Jibril menyampaikan hal ini kepadaku.” (HR. Muslim).*

60.         Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang syahid akan diampuni seluruh dosanya kecuali utang.” (HR. Muslim).*

61.         Dari Al Miqdam bin Ma’di Karib ra. dia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah Ta’ala telah menyiapkan enam perkara bagi seorang syahid, yaitu: Allah akan mengampuninya pada tetes darahnya yang pertama, ia akan menyaksikan tempatnya di surga, ia akan dilindungi dari adzab kubur, ia akan aman dari fitnah hari Kiamat, akan diletakkan mahkota dari permata di atas kepalanya, di mana setiap permata lebih baik dari dunia dan seisinya, ia akan dikawinkan dengan tujuh puluh dua bidadari, dan akan diterima syafaatnya terhadap tujuh puluh orang kerabatnya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi).*

62.         Dari Nu’aim bin Hammar ra. seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah saw. “Yang manakah di antara syuhada yang paling mulia?” Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu orang yang tatkala berada dalam barisan perang dengan musuh, maka mereka tidak memalingkan wajah-wajah mereka (lari) hingga mereka terbunuh. Merekalah yang akan menempati kamar-kamar tertinggi dari surga, dan Allah akan tertawa kepada mereka. Dan apabila Allah telah tertawa kepada hamba di dunia ini, maka tiadalah hisab baginya.” (HR. Ahmad, Abu Ya’la).*

63.         Dari Sahl bin Sa’ad ra. dari Nabi saw. beliau bersabda, “Tujuh puluh ribu atau tujuh ratus ribu daripada umatku akan masuk surga dengan tidak dihisab, mereka masuk berturut-turut, sedang rupa mereka sebagai cahaya bulan pada malam purnama.” (HR. Bukhari).*

64.         Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda, “Apimu di dunia ini sepertujuh puluh Api Neraka.” Ada orang berkata, “Keadaannya sudah mencukupi.” Beliau bersabda, “Ditambah lagi dengan enam puluh sembilan kali panasnya dari api dunia.” (HR. Bukhari).*

65.         Nabi saw. bersabda, “Duduk dengan orang fakir dengan tawaduk, termasuk jihad yang paling utama.” (HR. Dailami).

66.         Ibnu umar r.huma berkata, “Ada dua macam golongan orang yang ingin berperang. Golongan pertama yaitu orang-orang yang selama keluar di jalan Allah memperbanyak dzikir kepada Allah, selalu berusaha mengingat (tawajjuh) kepada Allah, menghindari kerusakan (maksiat) selama berjalan, memberikan bantuan kepada kawan, menginfakkan harta mereka dari yang terbaik dan yang paling dicintai, dan mereka lebih senang mengorbankan hartanya daripada menerima hasil peperangan, maka mereka merasa malu kepada Allah dan kalau-kalau di dalam hatinya dirasakan telah menyimpang dan menjadi pengecut. Apabila mereka mendapat kesempatan untuk berbuat curang, maka  mereka selalu menjauhinya, sehingga syaitan tidak bisa membisikkan kepadanya untuk berbuat hina. Dengan orang-orang seperti inilah Allah akan memenangkan agama-Nya.
Golongan kedua yaitu orang yang keluar di jalan Allah tidak memperbanyak berdzikir kepada Allah, tidak menjauhi perbuatan maksiat, apa saja harta yang diinfakkannya mereka merasa bahwa itu adalah suatu kerugian, karena memang syetan membisikkan ke dalam hati mereka perasaan demikian. Apabila dia berada di medan pertempuran, maka mereka maunya berada di barisan paling belakang dan bergabung dengan para pengecut, biasanya mereka banyak yang berlindung di atas bukit-bukit untuk menonton pasukan yang sedang berperang. Apabila Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin, merekalah paling banyak mengaku-ngaku dengan berkata dusta (telah berbuat ini dan itu). Apabila mereka mendapat kesempatan untuk berbuat curang, maka mereka berani menipu Allah, karena syetan membisikkan ke dalam hatinya bahwa harta itu adalah ghanimah. Apabila mereka mendapat harta, maka mereka berlaku sombong, sedangkan apabila tidak mendapat harta, maka syetan merusak hatinya dengan sifat tamak kepada kenikmatan dunia. Golongan yang kedua ini tidak akan mendapat pahala sedikitpun seperti pahala yang diberikan kepada kaum mukminin. Karena walaupun jasad mereka bersama-sama dengan jasad kaum mukminin, tetapi niat dan amalannya bertentangan dengan amalan kaum mukminin, sehingga kelak pada hari Kiamat mereka semua dikumpulkan bersama kaum mukminin, tetapi kemudian mereka (golongan kedua ini) dipisahkan dari golongan kaum mukminin.” (HR. Ibnu Asakir).

67.         Dari Abu Barzah Al-Aslami ra. bahwasannya Rasulullah saw. Bersabda, “Tidak akan bergeser telapak kaki seorang hamba pada hari Kiamat sebelum ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya, untuk apa ia gunakan, tetang hartanya, dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, serta tentang badannya untuk apa ia pakai.” (HR. Tirmidzi).



Hadits yang penulis beri tanda  *  Serendah-rendahnya berderajat Hadits Hasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar