Selasa, 03 Mei 2011

KEUTAMAAN SURAT AL FATIHAH



1.    Dari Abu Hurairah ra. dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang sembahyang tidak membaca Fatihah, maka sembahyang nya buntung (tidak sah).” Perkataan ini diulang Rasulullah saw. tiga kali lalu disambung beliau dengan perkataan, “Tidak sempurna.” Ditanya orang Abu Hurairah, “Bagaimanakah kami yang ma’mum? Jawabnya, “Bacalah dengan perlahan, karena saya dengar Rasulullah saw., bersabda,  ‘Allah Ta’ala berfirman; Aku telah membagi sembahyang itu menjadi dua bagian; antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta’.”“Maka sebagiannya untuk-Ku dan sebagian lagi untuk hamba-Ku. Apabila seorang hamba berkata, ‘Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam’, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku’. Apabila hamba-Ku berkata, ‘Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang’, Allah Ta’ala berfirman, ‘Hamba-Ku telah menyanjung-Ku’. Apabila hamba-Ku berkata, “Yang Menguasai hari pembalasan’. Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku’. Apabila hamba-Ku berkata, “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan’, Allah Ta’ala berfirman, “Ini adalah untuk-Ku dan untuk hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta’. Apabila hamba-Ku berkata, ‘Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka. Dan bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat’, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Yang ini untuk hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta’.” (HR. Muslim).
Sabda beliau, “Aku telah membagi shalat itu”, pengertian shalat adalah bacaan, sebagaimana ditafsirkan oleh sabda beliau selanjutnya. “Bacaan surat” terkadang dinamakan “Shalat” karena ia (bacaan tersebut) terdapat di dalam shalat dan karena “Bacaan surat itu” merupakan satu bagian di antara bagian-bagian shalat. Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalatmu (bacaanmu) dan janganlah pula engkau merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (Qs. Al Israa’ (17):110).
Makna sabda beliau, “Aku telah membagi shalat manjadi dua bagian; antara-Ku dan hamba-Ku”, Hal ini karena sebagian surat Al Fatihah itu berisi pujian dan pengagungan tentang kebesaran Allah dan sebagian lagi berisi doa dan permintaan seorang hamba kepada Allah Swt. Wallahu a’lam

2.      Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra. Dari Rasulullah saw. (dalam sebuah hadits yang panjang), “Dan ketika imam mengucapkan, ‘Ghairilmagdhubi ‘alaihim waladhdhallin,’ maka ucapkanlah, ‘Aamiin,’ niscaya Allah akan mengabulkan (permohonan) kalian.” (HR. Muslim).

3.    Dari Abu Sa’id Al Ma’alli ra. dia berkata, “Suatu waktu aku pernah shalat di masjid. Pada saat aku sedang shalat, Rasulullah saw. memanggilku, namun aku tidak menjawabnya. Seusai shalat, aku mendatangi beliau dan berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya aku sedang shalat ketika engkau memanggil’. “Rasulullah saw. bersabda, “Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu’.” (Qs. Al Anfaal (8):24). Kemudian Rasulullah saw. lanjut bersabda, “Sungguh aku akan mengajarimu suatu surat yang mana ia adalah semulia-mulianya surat di dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari mesjid. “Maka beliau mengambil (memegang) tanganku, hingga tatkala kami telah hampir keluar masjid, aku berkata, “Ya Rasulullah, engkau tadi berkata, ‘Sungguh aku akan mengajarimu surat yang termulia di dalam Al-Qur’an’. Rasulullah saw. lantas bersabda, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin; ia itu adalah As-sab’u al matsani (tujuh ayat yang selalu diulang-ulang); ia adalah Al Qur’an mulia yang telah dikaruniakan kepadaku.” (HR. Bukhari).

4.    Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, bersabda Nabi saw., “Apabila berkata kamu dalam sembahyang “Amin”, sedang Malaikat dilangit mengatakan pula, dan bertepatan dua ucapan itu dalam saat yang sama, niscaya Tuhan akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” (HR. Muslim).

5.    Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. pernah keluar menemui Ubai bin Ka’ab. -Maka beliau (perawi) menyebutkan kelanjutan hadits ini hingga kalimat hadits-, “Inginkah engkau aku ajari sebuah surat yang belum pernah diturunkan di dalam taurat, di dalam injil, di dalam zabur dan di dalam Al Furqaan yang serupa dengan surat tersebut?” Ubay bin Kaab menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah saw. bersabda, “Surat apakah yang engkau baca tatkala shalat?” Ubay bin Kaab menjawab, “Al Fatihah.” Setelah itu, Rasulullah saw. bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam tangan-Nya, tidaklah Allah menurunkan di dalam taurat, tidak pula dalam injil, di dalam zabur dan tidak juga di dalam Al Furqaan yang semisal dengannya (Al Fatihah). Surat itu adalah tujuh ayat yang selalu diulang-ulang; ia itu adalah Al-Qur’an yang mulia yang telah dikaruniakan kepadaku.“ (HR. Tirmidzi). Menurut Tirmidzi, hadits ini Hasan Shahih.

6.    Dari Anas bin Malik ia berkata, “Aku sembahyang di belakang Rasulullah saw., Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Mereka memulai Al Fatihah dengan ‘Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin’, dan tidak pernah membaca, “Bismillahir rahmanir rahim” dari permulaan sembahyang sampai akhirnya.”  Dalam riwayat muslim, “Mereka tidak menyebut Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiim pada permulaan bacaan (Al Fatihah).” (HR. Bukhari, Muslim).

7.    Dari Anas bin Malik ra. berkata, “Aku sembahyang berserta Rasulullah saw., Abu Bakar, Umar dan Utsman. Tidak pernah aku mendengar salah seorang dari mereka membaca Bismillahir-Rahmaanir-Rahiim, di awal bacaan dan tidak pula di akhirnya.” (HR. Enam ahli hadits).

8.    Dari Ibnu Abdullah Ibnul-Mughaffal katanya, “Bapakku mendengarkan aku membaca Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiim. Lalu beliau berkata kepadaku, “Hai anakku engkau mengadakan, sekali-kali janganlah mengada-adakan.” Berkata bapakku seterusnya, “Tidak aku lihat seseorang dari Sahabat-Sahabat Rasulullah saw. mengerjakan sesuatu yang paling dimarahi atau dibenci beliau ialah mengada-adakan sesuatu yang tak pernah diadakan oleh Rasulullah.” Berkata bapakku seterusnya, “Aku sudah sembahyang beserta Rasulullah saw. dan beserta Abu Bakar, dan beserta Umar, dan beserta Utsman Radhiallaahu ‘Anhum, aku tidak pernah mendengar salah seorang mereka membacanya (membaca Bismillaah). Sebab itu janganlah engkau membacanya. Bila engkau Sembahyang, maka mulailah (sebutlah), Alhamdulillaahi Rabbil ‘Alamiin.” (HR. Tirmidzi, Nasa’i, Lafadz Tirmidzi).

9.    Dari Abu Hurairah ra. berkata, “Rasulullah saw. bila bangkit dari rakaat kedua, mulai bacaan dengan Alhamdulillaahi Rabbil ‘Alamiin, dan beliau tidak terdiam sebelumnya.” (Beliau tidak membaca Bismillah sama sekali). (HR. Muslim).

10.  Diceritakan oleh Atha’ ra. bahwasannya dia mendengar Abu Hurairah berkata, “Qur’an dibaca di setiap shalat. Bacaan yang dinyaringkan oleh Nabi saw. kami nyaringkan pula untukmu. Dan bacaan yang dibaca perlahan-lahan, kami baca pula perlahan-lahan untukmu. Jika tidak kamu tambah surat Al Fatihah, itu sudah cukup untukmu, tetapi jika kamu tambah (dengan surat-surat yang lain) maka itu akan lebih baik.” (HR. Bukhari).

11.              Dari Anas ra. dia mengatakan bahwa tatkala Nabi saw. berada dalam perjalanan, beliaupun singgah pada suatu tempat, dan datang pula seorang lelaki di samping beliau. Anas mengatakan bahwa Nabi saw. menoleh dan berkata, “Maukah engkau kukabari tentang ayat yang paling mulia di dalam Al-Qur’an?” Orang itu berkata, “Ya.” Kemudian Rasulullah saw. membaca “Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.” (HR. Ibnu Hibban dan Al Hakim). Menurut Al Hakim hadits ini Shahih sesuai syarat Muslim.

12.    Bersabda Nabi saw., “Sebesar-besar surat di dalam Al-Qur’an, ialah Alhamdulillah rabbil ‘alamin (Al Fatihah).” (HR. Bukhari).

13.    Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Fatihatul Kitab, sama dengan dua pertiga Qur’an.” (HR. Abdullah bin Ahmad).

14.              Dari Anas ra. katanya telah bersabda Rasulullah saw., “Apabila kamu meletakan badan mu diatas tempat tidur bacalah olehmu pembuka kitab (Al Fatihah) dan Qul Huwallahu ahad (surat Al Iklahsh), sesungguhnya kamu adalah terpelihara daripada setiap perkara melainkan maut. (HR. Al-Bazar).

15.    Dari Abdul Malik bin Umair (secara mursal) berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Dalam Al-Fatihah terdapat obat untuk segala penyakit.” (HR. Darami, Baihaqi – Syu’bul Iman). 

16.    Dari Adi bin Hatim dia berkata, “Saya bertanya kepada RAsulullah saw. ihwal ‘Bukanlah jalannya orang-orang yang dimurkai”. Beliau bersabda, ‘Yaitu kaum Yahudi’. Dan bertanya ihwal ‘Bukan pula jalannya orang-orang yang sesat’. Beliau bersabda, ‘Kaum Nasrani adalah orang-orang yang sesat.” (HR. Hamad bin Salamah). Hadits hasan

17.               Dari Abu Sa’id al Khudri ra. Sejumlah sahabat Nabi saw. datang kesalah satu desa orang Arab dan mereka tidak diterima sebagai tamu. Ketika mereka dalam keadaan demikian, pemimpin penduduk desa itu disengat binatang. Orang desa itu bertanya, “Adakah kamu mempunyai obat atau adakah di antara kamu yang pandai membaca mantra?” Para sahabat menjawab, “Kamu tidak mau menerima kami sebagai tamu. Kami tidak akan mengobatinya sebelum kamu memberikan sesuatu kepada kami.” Mereka lalu memberikan beberapa ekor kambing. Lalu salah seorang dari mereka membaca Ummul Qur’an (Al Fatihah), setelah itu mengumpulkan air ludahnya di mulutnya dan meludahi yang sakit itu. Orang itu lalu sembuh. Mereka menyerahkan kambing. Para sahabat berkata, “Kami tanya dahulu kepada Nabi saw., baru kami ambil.” Lalu mereka pergi bertanya kepada beliau. Beliau tertawa dan berkata, “Siapa yang memberitahukan kepadamu bahwa ayat itu mantera? Ambillah kambing itu dan beri saya sebahagian!” (HR. Bukhari).

18.              Pada suatu hari Rasulullah saw. duduk di tengah para sahabat beliau mempercakapkan nikmat-nikmat Allah atas mereka, kefanaan dunia, kekekalan akhirat, pahala orang-orang yang beriman, siksaan atas orang-orang yang kafir, tiba-tiba beliau mendengar suara teriakan orang banyak yang penuh dengan sorak sorai kegembiraan, tepuk tangan dan bunyi genderang. Rasulullah saw. lalu bertanya kepada para sahabat, “Sorak sorai dan kegembiraan apakah itu di kalangan bangsa Quraisy penduduk makkah ?” Salah seorang sahabat yang tahu lalu menjawab, “Mereka bersorak-sorai dan bergembira ria karena kedatangan kafilah-kafilah mereka memasuki kota mekkah, kafilah-kafilah yang penuh dengan kekayaan yang berlimpah-limpah.” Mendengar jawaban itu, Rasulullah saw. mengajak para sahabat melihat-lihat kafilah-kafilah penduduk mekah yang masuk itu. Rasulullah dan para sahabat duduk di tempat yang tinggi menonton kafilah demi kafilah memasuki kota mekkah. Orang banyak yang berdiri di pinggir jalan berkata, “Ini kafilah Bani Umaiyah, Ini kafilah Bani Hasyim, Ini kafilah Bani Ady, sehingga masuk semuanya yang berjumlah tujuh kafilah (rombongan). Di saat itu Rasulullah melihat ke wajah masing-masing sahabat beliau yang turut menonton, yang semuannya terdiri dari orang-orang yang berpakaian compang-camping dan melarat. Di saat itu menyelinaplah dalam kalbu Rasulullah saw. perasaan sedih dan pilu karena sahabat-sahabat beliau sendiri sudah beberapa hari lamanya lapar karena tidak dapat makan. Terbayang kepada beliau harta kekayaan yang banyak yang di berikan Allah kepada orang-orang yang kafir. Sedang kepada sahabat-sahabat beliau yang beriman sukar sekali mendapat sesuap nasi untuk di makan. Di saat itu turunlah Malaikat Jibril berkata kepada beliau, “Hai Muhammad, Allah Tabaraka wa Ta’ala berkata kepada engkau, ‘Kami (Allah) telah berikan kepada engkau tujuh ayat berulang (surat Al Fatihah), yang dapat menjauhkan pembacannya dari tujuh pintu Jahannam, juga obat dari setiap penyakit selain mati yang dapat memusnahkan setiap Iblis yang berkumpul di sekitar pembacanya, sehingga masing-masing iblis itu sama-sama mengadu kepada pemimpin dan pembesarnya dengan bertanya, “Kenapa dan kenapa ?” pemimpin dan pembesar Iblis menjawab, “Hari ini sudah di turunkan satu surat yang kamu tidak dapat berbuat apa-apa terhadap orang yang membaca surat itu, kamu tidak akan sanggup mecelakakan mereka.” Berkata Jibril, “Allah berkata kepada engkau hai Muhammad, “Apakah surat yang Aku berikan kepada engkau ini yang lebih baik ataukah tujuh kafilah yang penuh harta kekayaan itu ?” Muhammad menjawab, “Aku memilih surat ini hai Jibril, sampaikan kepada Tuhanku.” Berkata Jibril, “Maukah engkau menerima tujuh kafilah yang penuh harta kekayaan itu sebagai ganti surat tersebut ?” Nabi Muhammad saw. menjawab, “Tidak hai Jibril.” Berkata Jibril, “Hendaklah engkau dapat menilai akan pemberian Tuhanmu hai Muhammad.” Berkata Jibril, “Bahkan Allah sudah memberi engkau Al Qur’an yang agung. Bila Al Qur’an itu dituliskan atas secarik kertas, lalu kertas itu di lemparkan ke dalam Neraka, api Neraka tidak dapat membakarnya. Apalagi akan membakar orang yang membaca Al Qur’an itu, yang menghafalkannya, yang mengikuti akan ajarannya. Siapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an itu Allah akan beri dia seratus kebajikan. Apakah Al Qur’an ini yang lebih baik atau tujuh kafilah yang penuh harta benda itu ?” Nabi Muhammad menjawab, “Al Qur’an lebih baik bagiku hai Jibril.” Di saat itulah Jibril menurunkan ayat 88 surat Al Hijr yang berarti, “Janganlah sekali-kali engkau menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang kami berikan kepada beberapa golongan (orang-orang kafir) itu, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (nasib) mereka (orang-orang yang beriman yang melarat) itu, dan berendah dirilah engkau terhadap orang-orang yang beriman itu.” (Tafsir al-Hanafi-Khazinatul Asrar).



3 komentar: